POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA MAHASISWA DI PERPUSTAKAAN
Oleh :
Hengki Prabowo
Prodi Ilmu Komunikasi
Universitas Ahmad Dahlan
ABSTRAK
Komunikasi merupakan pola dimana komunikasi dapat memberikan berbagai macam model yang cocok dan mudah digunakan ketika penyampaian pesan kepada komunikan baik dari pesan verbal maupun pesan non verbal, sehingga bisamemberikan umpan balik (feedback) yang positif terhadap komunikator. Dengan adanya umpan balik, para partisipan yang terlibat dalam peristiwa komunikasi dapat mengetahui gagasan atau perasaan mereka diterima sesuai dengan yang diharapkan.
Minat baca bangsa indonesia cukup memperhatinkan berdasarkan studi “Most Litterd Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada maret 2016, seperti yang terjadi pada mahasiswa cukup sedikit minat baca diperpustakaan, dikarenakan ada beberapa faktor penghambat yaitu faktor internal maupun faktor ekternal yang mengakibatkan mahasiswa tidak berambisi untuk meningkatkan minat baca diperpustakaan, mengingat teknologi modern saat ini sungguh membawa dampak yang begitu besar sehingga mahasiswa harus bisa mem-filter dengan baik terhadap media sosial tersebut.
Oleh karena itu tulisan ini dibuat untuk menjabarkan beberapa hal yang dapat memberikan wawasan,pengetahuan serta sebuah gambaran dan menjadikan sebuah refrensi guna untuk meningkatkan kembali minat baca mahasiswa diperpustakaan.
Kata Kunci : Mahasiswa, Komunikasi interpersonal, Perpustakaan
A. PENDAHULUAN
Saat ini minat baca masih menjadi perkerjaan rumah yang belum terselesaikan bagi bangsa Indonesia khususnya mahasiswa. Berbagai program telah dilakukan untuk meningkatkan minat baca mahasiswa. Pemerintahpraktisi pendidikan, LSM dan masyarakat yang peduli pada kondisi minat baca saat ini telah melakukan berbagai kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan apresiasi masyarakat untuk membaca, akan tetapi berbagai program tersebut belum memperoleh hasil maksimal. Untuk mewujudkan bangsa berbudaya baca, maka bangsa ini perlu melakukan pembinaan minat baca mahasiswa. Pembinaan minat baca mahasiswa merupakan langkah yang paling efektif.
Belajar merupakan upaya yang dilakukan oleh civitas akademika baik dosen maupun mahasiswa untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan agar menjadi tahu, mengerti dan memahami sesuatu dari yang sebelumnya tidak tahu, tidak mengerti dan tidak memahami. Di kampus, belajar dapat ditempuh dengan berbagai cara diantaranya dengan mengikuti perkuliahan, berdiskusi, meneliti, mengikuti forum ilmiah dan membaca bukumendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dengan membaca diperpustakaan mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dengan cepat dan mudah karena tinggal memilih buku yang akan dibaca, membukanya dan mulai membaca kata-perkata. Oleh karena itulah membaca semestinya menjadi aktivitas pokok civitas akademika khususnya mahasiswa. Mahasiswa adalah salah komponen civitas akademik yang sedang menuntut ilmu pengetahuan, maka dari itu membaca semestinya menjadi agenda pokok mahasiswa. Dengan membaca akan menjadikan sumber inspirasi, sumber pengetahun dan mengasah kekritisan mahasiswa. Kenyataannya saat ini muncul permasalahan dimana minat mahasiswa dalam membaca sangat rendah. Dalam sebuah situs internet, dinyatakan bahwa tingkat baca mahasiswa di Indonesia sangatlah rendah, hal ini di tunjukan dengan jumlah penganguran sarjana (S1) yang cukup tinggi. Lulusan perguruan tinggi (S1) pada tahun 2005 sebanyak 385.418 merupakan penganguran terbuka. Menurut Benny Setiawan (2008) kemungkinan pengangguran tersebut dikarenakan sewaktu mahasiswa meraka malas membaca, menulis dan jika ada tugas kuliah dikerjakan oleh orang lain (http://suaramuhammadiyah.com/diakses pada Rabu 23 mei 2017 pukul 20:45 wib)
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah pola komunikasi agar dapat untuk meningkatkan minat baca mahasiswa diperpustakaan?
C. PEMBAHASAN
1. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan gudang informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakikat manusia. Oleh karena itu di era globalisasi kemajuan zaman yang semakin maju kini perpustakaan modern hadir untuk mendefiniskan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu dapat disimpan digedung perpustakaan tersebut atau pun tidak. Perpustakaan juga menyediakan berbagai sarana atau tempat untuk menghimpun sumber informasi sehingga dapat diolah dan diproses terus-menerus. Melalui aktifitas memelihara dan pengawetan koleksi perpustakaan merupakan agen perubahan (Agen Of Changes) dan agen kebudayaan serta pusat informasi dan sumber belajar mengenai masa lalu, sekarang, dan massa yang akan datang, selain itu juga dapat menjadi pusat penelitian, rekreasi, dan aktivitas ilmiah lainnya. Namun secara relita, mahasiswa dalam memanfaatkan perpustakaan masih sangat rendah, baik itu diperpustakaan kampus,perpustakaan khusus dan perpustakaan umum. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya apresiasi mahasiswa, kunjungan serta pemanfaatan fasilitas koleksi yang ada diperpustakaan. Menanamkan minat baca mahasiswa harus ditekankan, karena untuk menjadi mahasiswa aktivis harus memperbanyak ilmu-ilmu pengetahuan atau pun informasi sehingga dapat memperkuat ide-ide atau gagasan yang lebih baik. Dengan upaya meningkatkan minat baca itulah, daya pikir mahasiswa terus terasah dan pola pikir mahasiswa semakin tajam, ini juga sangat diperlukan bagi kalangan intlektual untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Minat Baca
Aspek minat baca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat mmembaca, frekuensi membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca. Sinembela (1993) mengartikan minat membca adalah sikap positif dan adanya rasa ketertrikan dalam diri individu terhadap aktivitas membaca dan tertarik terhadap buku bacaan.Berdasarkan pendapat diatas maka minat membaca adalah kekuatan yang mendorong individu untuk memperhatikan, merasa tertarik dan senang terhadap aktivitas membaca dengan keinginan sendiri.
3. Komunikasi Interpersonal
Menurut DeVito, Joseph A., (2011:5) Komunikasi interpersonal adalah sebagai proses pengiriman dana penerimaan pesan diantara dua orang atau lebih, formal maupun informal komunikasi interpersonal dimengerti sebagai umpan balik yang saling berkaitan satu sama lain dengan tujuan untuk membantu seseorang meningkatkan efektivitas pribadi dan efektivitas antar pribadi. Komuniaksi interpersonal mengharuskan pelaku untuk bertatap muka dengan dua oranga atau lebih dengan membawakan pesan verbal maupun non verbal sehingga masing-masing bisa memahami satu sama lain dan berinteraksi secara efektif.
Keefektifan komunikasi interpesonal Pengertian efektifitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Mulyana (2004: 73-75), yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target tujuan (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai.
Komunikasi antar pribadi (KAP) adalah komunikasi seputar diri seseorang, baik dalam fungsinya sebagai komunikator maupun komunikan. Tidak lepas dari komunikasi interpersonal, penulis juga harus menyesuaikan keadaan dan kondisi lingkungan walapun kondisinya tidak ada gangguan, tetapi dari mahasiswa tersebut belum tentu perasaan yang sedang dialaminya benar-benar siap untuk berkomunikasi dengan komunikator, karena ketika sudah berkomunikasi dengan komunikan akan terjadi konflik dingin atau beda pendapat, disitulah peran komunikator harus bisa mengontrol alur pesan yang ingin disampaikan sehingga dapat mempengaruhi komunikan tersebut.
Menurut Jakson dan Jacobs (1985) dalam bukunya Morissan (Teori Komunikasi Individu Hingga Massa) pendekatan rasional yaitu percakapan yang koheran didasari oleh pemikiran bahwa percakapan merupakan tindakan praktis untuk mencapai sebuah tujuan, dan karena alesan inilah pendekatan ini dinamakan dengan pendekatan rasional. Dengan demikian, terjaidnya percakapan yang koheran bergantung pada proses berpikir secara hati-hati pada pihak komunikator untuk mencapai suatu tujuan. Jackson dan Jacobs juga menentukan dua macam aturan global yang dibutuhkan untuk menghasilkan percakapan yang koheren yaitu “aturan validitas’’ (validity rules) dan ‘’aturan alasan” (reason rules). Aturan validitas adalah aturan yang berfungsi untuk membangun kondisi yang diperlukan agar suatu tindakan dinilai sebagai suatu tindakan yang jujur atau benar dalam rencana untuk mencapai tujuan. Sedangkan aturan alasan adalah aturan yang mengatur bagaimana seseorang menyesuaikan pernyataannya dengan kepercayaan dan perspektif pembicaraan lainnya.
Menurut zainul maarif ( 2015:14) bahwa komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan oleh manusia dengan sarana tertentu dan imbas tertentu. Proses itu disampaikan oleh seseorang pada diri sendiri atau orang lain. Penerima pesannya pun bisa diri sendiri ataupun orang lain, dalam skala luas ataupun sempit. Sarana untuk menerima pesan kadang berupa hal-hal yang melekat pada diri, kadang berupa hal-hal yang dibuat lebih lanjut dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Imbasnya kadang sesuai dengan keinginan pengirim atau penerima pesan, kadang tidak sesuai.
Dalam pendekatan terhadap mahasiswa juga diperlukan proses komunikasi secara primer yakni proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambaran yang secara langsung menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan, ini berarti memformulasikan pikiran kedalam lambang atau bahasa yang diperkirakan akan dimengerti komunikan, penulis tidak hanya satu kali saja untuk melakukan komunikasi interpersonal karena mahasiswa memiliki argumen yang berbeda-beda, jadi penulis mempunyai strategi yang baik sehingga menghasilkan target yang ingin dicapai.
Dalam bukunya Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. Wilbur Schramm (1971), seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam karyanya ‘‘Communication Researsh in the United States) Menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka acuan(frame of refrence ) yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian-urian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagai sarana penunjang pendidikan perpustakaan kampus sudah memiliki tempat atau wadah informasi yang diberikannyan seperti pelayanan, fasilitas, buku-buku dan wi-fi untuk memudahkan mahasiswa mencari ilmu pengetahuan yang ingin dia dapatkan. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai cara agara minat baca mahasiswa lebih ditingkatkan, cara tersebut dapat dilalui dengan pendekatan komunikasi interpersonal. Hal terpenting yang harus dilakukan mahasiswa adalah dengan menumbuhkan dan meningktakan kesadaran diri akan pentingnya membaca.
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka saran penulis tersebut yaitu:
a. Marilah kita sebagai civitas akademika mampu meningkatkan kesadaran yang tinggi karena membaca memberikan banyak manfaat besar bagi kita
b. Sebaiknya kampus memberikan tugas-tugas yang bersifat karya ilmiah sehingga dapat menciptakan ide-ide atau gagasan yang lebih luas pengetahuannya.
DAFTAR PUSTAKA
DeVito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia. Pamulang-Tanggerang Selatan: Karisma
Publishing Group
Jacobs, Scott. 2014. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
Schramm, Wilbur, 1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Zainul, Maarif. 2015. Logika Komunikasi
Mulyana, Deddy, 2004. Metodologi penelitian kualitati: Paradigma ilmu komunikasi dan ilmu sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sumber Lain:
(http://suaramuhammadiyah.com)